Hi ini aku Sarah Meilina yang sedang berusia 32 Tahun. Menyenangkan rasanya bisa mengetik tulisan ini dengan leluasa, tanpa berfikir akan jadi jejak digital yang buruk dikemudian hari. Aku berharap bisa menyelesaikan tulisan ini sampai ngantuk, karena sejak jam 1 malam tadi aku nggak bisa tidur setelah anak ku minta susu.
Aku mulai yah...
Hari ini akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan bulu mata palsu dengan tujuan menunjang penampilan ku, setelah panjang dan lebar membahas ini dipikiran sendiri. Aku sedang insecure sejak beberapa tahun terakhir.
Seringkali keinginan untuk melepas jilbab muncul di kepala, karena menurut aku, aku jauh lebih bisa menjaga badan dan penampilan saat belum menggunakan hijab. Semua pencapaian ku terasa mudah, relasi berdatangan, good rekening dan aku tak mudah sensitif dengan omongan orang lain kayak "Maaf Mbak non muslim ya?" dan sejenisnya sebelum menggunakan jilbab. Namun kini, aku jadi gampang ke trigger kalau ada yang bahas itu.
Aku makin nggak PD saat berat badan aku nambah, ketika hamil anak pertama. Semua pakain ku nyaris baru karena tidak muat, baju kantor, baju main, baju mejeng, baju tidur bahkan daleman juga harus dibeli yang sizenya XXXL.
Aku memang lagi risih banget sama temen aku yang side job nya banyak menghasilkan uang, apalagi saat dia bilang (entah tujuannya pamer atau enggak) kalau dapat transferan 1 juta dari orang tidak di kenal, fee proyek sampai 24 juta hanya beberapa hari pengerjaan, Sabtu dan Minggu yang selalu full dengan job, wah rekeningnya glowing yah pikir ku.
Kenapa aku risih? Nilai hidup yang aku anut, jangan pernah bercerita soal finansial mu didepan orang-orang, mau itu uang mu segunung diam aja, kalau dibilang kamu banyak uang dan kaya, aamiin-in aja. Aku berfikir ada benanrnya omongan Mama ini, karena sekali kamu bercerita, orang lain bisa ngejengkalin kamu, jika itu tidak sesuai dengan penampilan sehari-hari, pengendalian emosi dan keadaan kamu saat ini. Jatuhnya orang lain bakalan remehin kayak
"Wah OKB nih, wah baru pegang uang yah, wah ketahuan dulu ekonominya gimana, wah kasihan yah baru sekarang bisa pegang uang banyak, dia sejak pegang uang menilai orang rendah sekali, semua diukur dengan uang, seberapa sih itu semua, cepat atau lambat habis, kayak kita nggak tau aja dia itu siapa,".
Itu semua keluar dari mulut-mulut lingkungan sekitar yang aku dengar saja, tanpa aku bisa membela teman ku ini. Karena kita tidak bisa mengontrol mulut orang lain, yang hanya bisa aku kontrol mulut ku dan kuping ku.
Sampai akhirnya aku meminta validasi ke Mama bahwa "Wajarkah aku risih dengan dia? karena pada masanya, jauh sebelum hari ini aku juga punya takaran rejeki yang bahkan jauh dari dia?" Namanya orang tua jadul yah, Mama aku cuma bilang,
"Risih boleh tapi jangan sampai dengki yah, jadiin itu cambuk untuk kamu lebih baik lagi, lebih rendah hati lagi dalam pergaulan dan lebih mampu menempatkan diri dimasyarakat, bukan menjatuhkan harga diri orang atau mencelakakannya. Berdoa saja semoga rejeki kamu lebih, doakan juga dia semoga tidak lagi jadi pembicaraan orang-orang dilingkungan sekitar kamu, biasanya doa yang baik-baik akan balik ke kita,"
Ini nasehat Mama ku. That's my Mom, my Angle and My Enemy 😆.
(Sekarang Mama lagi di Bengkong, tadi pengajian paguyuban, seneng banget beliau karena ketemu sama Walikota orang kampunya Mama. Sehat-sehat yah Ma, dimurahkan rejekinya Mama, dimudahkan bahagianya Mama, dilapangkan hati dan pikiran Mama, disehatkan jiwa dan raga Mama oleh Allah. Syurga untuk Mama, jauhkan Mama ku ya Allah dari siksa api neraka, Aamiin ya Rabb).
Validasinya masih belum cukup, aku juga meminta suami ku untuk memberikan tanggapan atas rasa risih ku. Apalagi setiap ngobrol selalu berkutat soal uang-uang-uang dan job side yang menghasilkan banyak uang. Yang aku tangkap muatannya pun negatif. Suami ku bilang,
"Udah-udah nggak apa-apa, dia sudah melakukan yang terbaik dan biarkan dia melewati masanya dengan caranya, kalau kamu risih, menghindar aja, dan ingat jangan menyindir, menghina atau berlaku tidak sopan dengan orang lain, apalagi kamu sudah sejauh ini berdamai dengan keadaan meskipun ga sesuai dengan nilai-nilai yang kamu pegang" katanya menenangkan.
Sejauh ini, Suami ku adalah rejeki kasat mata yang hadir setiap hari, sepanjang waktu yang diberikan Allah untuk ku, setelah bertarung dengan kehidupan dan perasaan. Algoritma menjadi jalan kami untuk halal dan berkomitmen penuh dalam rumah tangga. Kami bertemu di Tinder pada awal Juli 2021, pertama kali bertemu di dunia nyata Akhir Juli 2021 dan kami merasa saling membutuhkan, melengkapi lubang-lubang kesepian, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penuh ketidakpastian, tak lagi mereka-reka masadepan dan optimis menjalani bersama dengan senang-senang. Akhirnya kami menikah pada 25 Februari 2022. Yap... setahun yang lalu.
Tak perlu menunggu, Allah berikan kami rejeki lagi, aku hamil dibulan berikutnya. Ada perasaan senang, terharu, bahagia, curiga, tidak percaya diri, panik, tidak siap dan takut. Tapi suami ku, Didi Yusuf, selalu memeluk ku erat saat aku melampiaskan perasaan baik dengan reaksiku yang marah ataupun menangis dan bilang,
"Udah ga apa-apa yah, semua kita jalanin bareng, ga apa-apa, kamu sudah melakukan yang terbaik, nggak apa-apa rencana menjelajah pulau-pulau di Batam tertunda dulu, ga apa-apa fellowshipnya di tunda dulu, aku juga pasti akan melindungi kamu dan buah hati kita, kalau ada apa-apa cerita ke aku yah, jangan ditelan sendiri, berbagi ke aku. Jangan takut kamu pasti bisa jadi Ibu yang baik, siapa nama anak kita? nama yang bagus itu?" katanya sambil mengusap-usap punggung ku.
Dengan suara sengau dan terisak, aku jawab "Bentala Behati Yusuf" sebuah nama yang sarat dengan makna. Nama yang diambil dari bahasa Sanksakerta dan Afrika. Ada kebijaksanaan, harapan dan doa melekat dalam nama itu.
Bentala itu bumi, Behati itu keberuntungan dan rejeki, Yusuf itu nama seorang Nabi Allah dan diambil dari nama belakang ayahnya. Kami berharap dan berdoa, ketika nantinya titipan Allah ini tumbuh dewasa, rejekinya tidak pernah putus, keberuntungan dan berkah Allah selalu melekat padanya. Meskipun nanti jadi orang yang sangat diperhitungkan, Ia tidak akan pernah lupa dari mana asalnya, yaitu tanah. Asal mula manusia diciptakan, jadi senantiasa anak pertama kami ini selalu mengingat Allah dalam setiap inci perjalanan hidupnya, agar Ia lebih bijaksana dan rendah hati, serta penuh dengan keberkahan hidup.
Nama kecilnya pun tak kalah baiknya, yaitu Ala, yang artinya mulia. Kami berharap dan berdoa Bentala bisa memiliki akhlak yang mulia, meninggikan adab ketimbang ilmu, jadi panutan yang baik untuk setiap orang-orang yang mengenalnya, yang bertemu dengannya dan kami pun berdoa kepada Allah untuk terus menutup aib Bentala jika Ia pernah berbuat salah selayaknya manusia. Pun Bentala kami ajarkan untuk menutup aibnya sendiri, karena Allah sudah membantu menutup aibnya. Cukup dia dan Allah saja yang tau.
" Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Ali Sayyidina Muhammad"
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat-Mu kepada baginda kami Nabi Muhammad dan keluaga Baginda Nabi Muhammad,"
***
More From Author
Kenangan Hidup